Anarkis bukan Bar-bar

Jumat, 11 April 2008

Hari jumat (11/4), lagi ngak bikin apa-apa di kampus karena ruang senat terkunci dan si pemegang kunci tidak nongol. Nongkrong di senat n kebetulan liat pamflet diskusi yang akan diakan oleh Gema Pembebasan abis Jumatan. tak lama berselang abis sholat jumat diskusinya agak molor dikit. bukan itu hanya itu masalahnya karena para pembicara yang direncanakan hadir belum juga menampakan batang hidungnya. Rencananya diskusi tersebut menghadirkan Ketua Gema Pembebasan Sulsel, Ketua HmI Cabang Makassar Timur, dan Ketua Kammi Daerah Sulsel sebagai speaker. Tema dari diskusi itu yakni 'Kekerasan di Indonesia: akar masalah dan solusinya'.

Saya yang lagi mempersiapkan spanduk untuk 'Karnaval May Day' mendengar Nanang lagi menerima telepon dari Ketua cabang untuk mengantikannya dalam diskusi. kemudian saya menegur nanang, "kak, kenapa sedeng ketua cabang".
"flu beratki bede,beratnya 2 kilo",ceplosnya.

diskusinya dah mulai, nanang lalu naik ke Aula FIS A yang jadi tempat diskusi. karena ingin juga mengikuti diskusi. spanduk satu per satu ku lipat akan ku masukkan ke dalam tas, untuk diredam karena banyak tempelan kertasnya.

Naik ke Aula FIs A yang berada lantai dua fakultas. diskusinya dah mulai n salah seorang pembicara tidak ada yakni ketua KAMMI. Pembicara dari Gema juga bukan Rais,ketua gema sulsel, tapi ketua Gema unhas.

ternyata diskusi dah mulai jalan n memasuki sesi pertanyaan. Rais, menjadi penanya pertama sedikit menyinggung tentang anarkis.jadi saya agak tertarik untuk ikut mendiskusikannya. karena anak2 Gema pun dah tidak menganggap anarkis sebagai kekerasan. setelah dipersilah oleh moderator sebagai penanggap kedua saya langsung mengucapkan salam. "Anarkis itu bukan Barbar, bukan kebrutalan,"lantangku. sambil menghela sedikit nafas kulanjutkan ocehanku bahwa anarkis sebagai sebuah paham yang menolak oteritarian dan menolak sistem negara dan pemerintahan hari ini. Dan menurutku bahwa akar permasalahan dari semua kekerasan yang terjadi baik secara sistematis dan reaksioner akibat dari peristiwa insidentil adalah kemiskinan atau ekonomi(determinis marx buangeet). oleh karena solusinya ngak usah yang melangit, liat dulu peristiwa kelaparan yang terjadi di Makassar(Kasus Dg.Besse) dan pengusuran.

Jawaban dari pembicara dari Gema atas tanggapanku, agak keras karena menganggap anarkis sebagai sebuah paham yang utopis. Dia juga mengajak mendiskusikan tentang ideologi serta menawarkan bahwa solusinya adalah Islam.

Tak lama berselang datang ketua KAMMI Sulsel,.Moderator mempersilahkan kepada ketua Kamda untuk menyampaikan solusi yang diberikan atas tidak kekerasan. jawabannya pun dapat ditebak."Islam".
Yang agak berbeda datang dari Nanang yang mewakili HmI. Dia menganggap bahwa landasan bergerak kita adalah sense of humanity.Karena menurutnya ideologi itu terlalu mapan, agak tertutup untuk kebenaran dari luar. Diapun mengganggap anarkis sebagai sebuah ideologi, walau sempat menyebut bahwa sebagian orang tidak kesepakat.Karena memang saya tidak kesepakat anarkis disebut ideologi karena lebih pantas disebut metodologi. Nanang pun menyebut kata-kata yang pernah saya baca dari buku GanDhi, "nasionalismeku adalah kemanusiaan".