Tuntutlah Hakmu

Minggu, 06 Januari 2008

Seorang tokoh revolusioner Iran pernah berkata"jika ingin membuat revolusi di suatu negara maka ciptaan 400 ribu intelektual yang benar-benar intelektual. kalau Gramsci menyebutnya intelektual organik. untuk menciptakan revolusi di indonesia terlebih dahulu harus didahului revolusi pendidikan. Oleh karena kepada kawan-kawan yang masih resah dan mempunyai mimpi untuk melakukan revolusi haruslah terlebih dahulu menolak komersialisasi pendidikan dan seluruh perangkat regulasi, legalisasi dan legitimasi, termasuk di dalamnya RUU BHP dan kebijakan yang membiarkan pemilik modal mengejar profit di bidang pendidikan. Untuk menciptakan Intelektual yang dapat menjalnkan fungsi intelektualnya hanya dengan memberi akses pendidikan kepada seluruh Rakyat. Jadi Kalau Pendidikan Gratis maka terwujudnya 400 ribu yang dapat menjadi pemantik untuk terjadinya Api Unggun Revolusi tinggal menunggu waktu.

Darmanytias, salah seorang pengamat pendidikan, pernah mengatakan "jika pendidikan itu mahal maka siapa lagi yang mau jadi relawan dan melaksanakan kerja-kerja sosial". Tapi kawan-kawan harus terhadap kapitalisme dan seluruh kaki tangannya karena mereka dapat dengan mudah membuat antitesa dari kapitalisme menjadi sebuah sintesa . Jadi kawan harus membulatkan tekad untuk menolak BHP dan segala bentuk komersialisasi pendidikan. Jangan sekali-kali terbujuk oleh rayuan manis dan siraman rohani yang dilakukan oleh BIrokrat kampus dan para pejabat korup.

Karena Tidak mungkin "Seorang Penjual Roti membuat roti terbaiknya, untuk makan malam kita karena kebaikan hatinya, tapi karena kepentingan pribadinya. Jadi mungkin sudah saatnya para Generasi tua yang korup dan kawan yang sudah merasa tua dan tak mau bergerak dikumpul di Lapangan PKM Unhas dan dieksekusi oleh para generasi Muda yang masih ingin melihat keadilan dan kesejahteraan seluruh umat manusia, tegak di muka bumi. Karena alam ini sanggup memenuhi seluruh kebutuhan hidup manusia tapi tidak dapat memenuhi keserakahan sekelompok orang yang bernama kaum borjuis.

Tapi jika mahasiswa dan para generasi muda tidak mau menuntut haknya, biarlah mereka ditindas sampai akhir hayatnya oleh para penguasa korup. Akhirnya tiba pada suartu masa dimana Keadilan dapat ditegakkan dan kesejahteraan rakyat dapat direalisasikan. Tak ada lagi kesenjangan yang dapat membuat rakyat bergerak, tak adalagi kekerasan yang dilakukan oleh para penguasa. Tapi itu semua dapat terwujud jika kawan menuntut dilaksanakanya "pendidikan Gratis" di negeri yang subur ini (bahkan jika kita menanam tongkat sekalipun akan tumbuh).

Bila suatu negara sudah tidak dapat memenuhi hak-hak rakyatnya maka sudah saatnya kita membubarkan Negara yang seenak perutnya mengklaim kita sebagai rakyatnya. cukup sekian dulu celetoh dari seekor camar tolol yang resah melihat keadaan sebuah negeri yang para petaninya harus makan Nasi aking. sebelum saya mengakhiri tulisan ini ada baiknya saya menutupnya dengan beberapa kata yang mungkin dapat membangkitkan semangat perlawanan kita "Wahai anak muda jangan pernah takut menuntut hak kalian karena kalian adalah Pemilik sah masa depan Bangsa".